Puisi dianggap sebagai puncak karya sastra. Puisi dianggap sebagai intisari, kristalisasi dan perasan terakhir atas setiap buah pemikiran Sang Penyair. Perenungan yang panjang, konsep pemikiran yang besar dan pesan-pesan yang panjang, mampu dipadatkan menjadi beberapa baris puisi yang sarat akan pemaknaan.
Tidak percaya?
Lihat ini:
Aku tak hendak pergi ke kota.
Hanya dari sebaris puisi tersebut, kita dapat memaknainya begitu luas. Sebaris puisi tersebut dapat diartikan sebagai:
1. Aku tidak ingin meninggalkan desa (dalam arti sebenarnya)
2. Aku tidak ingin berubah
3. Aku tidak ingin terbawa zaman
4. Aku tidak ingin meninggalkan kenangan
5. Aku tidak ingin tumbuh menjadi orang tua yang kaku
6. Aku tidak ingin mendatangi dan bergabung dengan keburukan (kota)
7. Aku tidak ingin mencemari kebersihan hati
8. dan masih banyak lagi lainnya..
Bayangkan, betapa kaya maknanya sebuah karya sastra bergenre puisi hanya dari satu barisnya. Bahkan ada lo puisi yang berisi satu kata saja, atau bahkan tanpa isi (isinya adalah kekosongan itu sendiri). Nah, itulah yang membuat puisi, layak disebut sebagai puncak dari karya sastra.
Ada ribuan bahkan jutaan puisi setiap hari yang lahir dari para Penyair di seluruh dunia. Maka, mau tidak mau, membuat para Penyair terseret pada arus persaingan.
Para Penyair yang memutuskan untuk memfokuskan diri pada proses pengaryaan di ranah puisi, harus benar-benar berkompeten, dan tentunya, kreatif.
Dalam memenangkan sebuah persaingan, kita mesti belajar pada budaya leluhur. Nenek moyang kita telah memberikan clue/ kunci sukses kemenangan dengan mewariskan permainan tradisional HOMPIMPA. Sudah pernah memainkan kan? Nah lihat, siapa yang menjadi pemenang dalam permaianan Hompimpa?
Ya! Yang BEDA!
Hanya yang berbeda, yang kreatif, yang inovatiflah yang layak memenangkan persaingan! Begitu pulalah para Penyair yang juga ingin memenangkan persaingan dalam dunia pengaryaan.
Tapi sebelum Kekawan merencanakan strategi untuk menjadi Penyair yang kreatif, Kekawan sekalian harus ingat: bahwa inti dari puisi adalah menyampaikan pesan, menunjukkan sikap, mengupayakan kebaikan, dan, dakwah.
Nah, salah satu contoh puisi-puisi yang kreatif adalah Antologi Puisi MENANAM KENANGAN ini. Bayangkan! Hanya dari sebuah pembukaan puisi, tiba-tiba, lahirlah ratusan puisi yang mengangkat beragam pesan. Sekali lagi, hanya dengan sebait puisi yang Admin tulis, para Penyair yang hadir dari berbagai penjuru nusantara, memodifikasinya
Maka, dengan bangga, kami mempersembahkan
Dan bagi Kekawan yang tertarik ingin memesan buku tersebut, bisa memesan di kolom komentar kiriman ini dengan format pemesanan yang kami sampaikan.
PRE-ORDER: 45.000
Kontributor: 38.000
Pesan 2 Gratis 1 (Sebelum 25 Juli 2016)
Ongkir Jawa: 20.000 & Luar Jawa 42.000
Silakan
Ketik: MK - Nama - Jumlah - Alamat - Nomor HP
Transfer ke : BRI 1298-01-001-464
Kirim bukti transfer via email bebukupublisher
atau Inbox Facebook Bebuku Publisher
Terima kasih atas pemesanan dan apresiasinya terhadap event ini..
Alhamdulillah, lebih dari 100 pemesan dalam semalam. Terima kasih banyak atas apresiasinya yang luar biasa. Tetap ingat, bahwa MEMBACA ADALAH MELAWAN, MENULIS ADALAH MENCIPTAKAN PERUBAHAN!
Salam hangat, mari menghebat!
No comments:
Post a Comment