Ruang pameran tulisan segar fiksi & non-fiksi, dilengkapi info lomba penulisan fiksi. Ibarat galeri memajang aneka karya. Kritik dan saran terbuka untuk perbaikan. Selamat berkunjung, semoga ada pesan dan inspirasi yang bisa dibawa pulang.

Menu Nav Bar

Camping di Pantai Perawan “Unforgettable Moment in The Hidden Paradise of Malang”

Panorama Pantai Perawan Malang

Keindahan pantai di sepanjang pesisir Malang Selatan memang menggoda perhatian untuk dikunjungi dan melepas penat kesibukan kuliah. Pantai Perawan yang terletak di Desa Kecamatan Sumber Manjing Wetan Kabupaten Malang menjadi pilihan untuk tempat liburan semester genap tahun 2016. Alasannya karena Pantai Perawan masih jarang pengunjung sehingga masih alami dan asri. Kami berangkat pada hari Sabtu, 30 April 2016, lebih awal dari jadwal UAS karena setelah UAS pasti kami disibukkan dengan urusan masing-masing, maklum mahasiswa semester akhir. Sekitar pukul 10.00 WIB kami berkumpul di Jl. Surabaya, selang satu jam kami ber-21 dengan sebelas motor memulai perjalanan meninggalkan Kota Malang yang semakin sesak engan gedung dan rumah.

Foto Bersama PTB-A 2012 Ketika Baru Sampai di Pantai Perawan

Perjalanan terhenti ketika sampai Bululawang untuk menunaikan kewajiban Sholat Dzuhur. Kami pun melanjutkan perjalanan panjang dengan rute Turen . Petualangan dan perjuangan kami mulai ketika melewati jalan pegunungan. Di awal jalanan masih mulus beraspal yang penuh belokan dengan hamparan pemadangan hijau. Lambat laun jalanan mulai rusak parah dengan tanjakan dan turunan yang cukum ekstrem yang bersebelahan dengan jurang. Kami pun berhati-hati dalam mengendarai kuda besi. Lengkungan garis pantai terlihat dari kejauhan ketika sampai di jalan turunan menuju desa Sidoasri. Akhirnya rombongan tiba di desa Sidoasri sekitar pukul 14.00 WIB. Kami beristirahat melepas lelah perjalanan di kediaman nenek salah satu teman kami.

Gulungan Ombak yang Tidak Berhenti Berlarian Menjamah Pasir Pantai Perawan

Setelah meminta izin ke perangkat desa setempat, kami langsung menuju lokasi Pantai Perawan. Sebagai mahasiswa yang memiliki etika tentu kami harus meminta izin sebelum bermalam di sana agar keamanan terjamin. Lokasi Pantai Perawan cukup jauh dari pemukiman penduduk dengan perjalanan melewati persawahan. Jalannya masih belum dibangun sehingga terdapat kubangan air dan lumpur di beberapa titik sehabis hujan. Keindahan pantai yang masih alami dan asri kini sudah di depan mata. Kami sudah tidak sabar untuk menikmati “keperawanan” dari Pantai Perawan.

Panorama Pantai Perawan Malang dari Kejauhan

Awalnya kami ingin mendirikan tenda di area yang berpasir pantai tetapi penjaga pantai menyarankan untuk di area tanah keras demi keamanan. Sore yang mendung tak menghalangi kami untuk menikmati keindahan pantai. Setelah mendirikan tenda, kami bermain dan berfoto di sekitar bibir pantai. Bentuk pantai diapit bukit yang hijau oleh rimbunnya pepohonan seperti pantai di dalam pulau tetapi dengan ukuran yang besar. Kemesraan buih air dan pasir pantai putih kecoklatan di setiap deburan ombak menemani kami sampai langit semakin hitam legam.

Pemandangan Pantai Perawan

Setelah puas menikmati keindahan pantai di senja hari, kami kembali ke tenda. Ada yang memasak air untuk kopi, ada yang menunaikan kewajiban sholat Magrib, dan ada yang mengambil makan dari rumah nenek salah satu teman kami. Kami merasa beruntung karena kami tak perlu mamasak atau membawa bekal terlalu banyak untuk keperluan makan. Sekitar pukul 19.00 WIB kami makan malam bersama dengan menggelar tikar di dekat tenda dan ditemani deburan suara ombak.

 Selfie Bersama di Bibir Pantai Perawan

Setelah makan bersama, kami memulai obrolan santai dengan bercanda dan bernyanyi bersama diiringi gitar. Angin malam mulai menyapa kami tetapi kehangatan di antara kami yang hampir 4 tahun mampu menandingi dinginnya angin malam. Bosan bernyanyi bersama, sebagian ada yang memilih untuk bermain kartu ala truth or challenge, ada juga yang memancing di cekungan bekas tambak milik warga, dan sebagian ada yang membuat api unggun di bibir pantai. Kami awalnya harus mengumpulkan sampah dan kayu yang terbawa ombak sampai ke bibir pantai. Ya kegiatan ini bisa menjadikan pantai lebih bersih. Sebanyak 6 titik pengumpulan sampah kami jadikan api unggun di bibir pantai. Malam itu area Pantai Perawan kami sulap jadi pesta api unggun sehingga dari kejauhan terlihat terang oleh nyala api. Kami pun tak lupa membakar singkong yang dibawa dari kebun nenek salah satu teman kami.


Bermain dengan Ombak Pantai Perawan

Malam yang semakin larut mengakibatkan kantuk mulai menyerang. Kami pun mulai kembali ke tenda untuk beristirahat. Kami berharap besok pagi bisa menikmati momen yang lebih seru. Ombak yang setia berdebur menemani kami ke alam mimpi. Pagi telah tiba tetapi sunrise tak kunjung kelihatan akibat sisa-sisa mendung tadi malam. Untung saja tadi malam tidak hujan meskipun suara petir sempat mengusik ketenangan istirahat kami. Bekal dan snack yang dibawa kami makan untuk sarapan sebelum mengawali aktivitas hari ini.
Bersama-sama Mendirikan Tenda

Suasana pagi itu seakan galau, mekipun langit sudah membiru terang tetapi matahari masih menyembunyikan diri di balik awan mendung. Kami pun mulai bermain di bibir pantai menjamahkan kaki pada pasir dan air laut. Kami menelusuri bibir pantai yang membentang dari barat ke timur. Di ujung barat pantai terlihat bangunan rumah tua dilengkapi pipa menuju laut. Sebagian teman ada yang mengumpulkan kerang laut yang tertimbun di pasir. Ada juga yang tak mau melewatkan waktu untuk selfie dan narsis. Sekitar pukul 08.00 matahari sudah menampakkan diri di singgasananya. Kami pun tetap melanjutkan menikmati kebersamaan di bibir pantai. Saat menelusuri pantai ke arah timur kami menemukan sungai air tawar yang jernih dan bersih. Awalnya hanya 5 anak yang mengetahui lalu hampir semua pergi ke sana untuk mandi menikmati kesegaran air dan melepas rasa lengket di badan. Andaikan semua sungai yang ada di perkotaan jernih dan bersih seperti ini.
 Suasana Makan Malam Bersama

Sang Surya semakin terik menyinari bumi. Kami pun mulai berkemas untuk kembali ke Kota Malang menjalani rutinitas. Langkah kaki terasa berat seakan tidak ingin mengakhiri cerita kebersamaan di Pantai Perawan. Biarlah kenangan ini sebagai unforgettable moment in the hidden paradise of Malang bagi kami sampai senja nanti. Kini kami telah ditunggu untuk segera menyelesaikan tugas akhir sebelum memakai toga di Graha Cakrawala (skripsi dan tugas perancangan he he he).
Share:

1 comment:

Popular Posts

Translate

Visitors

Flag Counter

Followers

Recent Posts

SAFORE

SAFORE
Samudrawan Fashion Store

RajaView.id

RajaView.id
Di rumah aja dapat uang mau? Cari tahu jawabannya dengan klik gambar di atas.