Ruang pameran tulisan segar fiksi & non-fiksi, dilengkapi info lomba penulisan fiksi. Ibarat galeri memajang aneka karya. Kritik dan saran terbuka untuk perbaikan. Selamat berkunjung, semoga ada pesan dan inspirasi yang bisa dibawa pulang.

Menu Nav Bar

Kemacetan, antara Gengsi dan Kondisi

Sumber: Detak.Co

Kemacetan sudah menjadi makanan setiap hari bagi meraka yang tinggal di perkotaan besar. Jalanan terlihat dipenuhi kendaraan yang berhenti menunggu waktu giliran untuk bisa berjalan. Kondisi volume kendaraan yang tidak bisa lagi ditampung oleh kapasitas jalan yang tersedia. Kemacetan biasa terjadi pada beberapa titik di sebuah  kota dan pada jam puncak aktivitas manusia. Tentu semua ingin menghindari kemacetan karena rasanya menjenuhkan dan membawa kerugian ketika terjebak kemacetan.
Dampak kemacetan tidak hanya dirasakan oleh pengguna kendaraan yang terjebak kemacetan tetapi juga dirasakan pula oleh pihak yang lain. Ketika terjebak kemacetan mesin kendaraan yang tetap hidup tentu membakar energi fosil yang menghasilkan polusi. Jika puluhan kendaraan terjebak kemacetan maka berapa liter bahan bakar fosil terbuang sia-sia dan menimbulkan pencemaran lingkungan. Tertundanya aktivitas manusia untuk bekerja berakibat terhambatnya arus perekonomian sehingga pemenuhan kebutuhan hidup tidak lancar. Pengguna kendaraan yang terjebak kemacetan tentu rugi banyak mulai dari waktu dan biaya serta kondisi psikis yang jenuh ketika harus berlama-lama di kendaraan tanpa aktivitas.
Kemacetan terjadi pasti ada penyebabnya. Penyebabnya adalah jumlah atau volume kendaraan melebihi kapasitas jalan yang tersedia sehingga untuk pergerakan tidak ada. Jumlah atau volume kendaraan yang banyak disebabkan pertumbuhan kendaraan yang meningkat seiring pertumbuhan penduduk. Mayoritas masyarakat perkotaan memiliki kendaraan pribadi. Kondisi jalan yang tidak bisa menambah kapasitasnya untuk menampung kendaraan disebabkan pelebaran jalan yang sudah tidak bisa dilakukan lagi. Di perkotaan sudah tidak ada lagi lahan kosong untuk pelebaran jalan. Dengan melihat penyebabnya maka siapakah yang harus bertamggungjawab terhadap kemacetan?
Masyarakat perkotaan memiliki karakter gaya hidup metropolitan. Kendaraan pribadi menjadi salah satu kebutuhan primer baginya. Pergerakan atau mobilitasnya mengandalkan kendaraan pribadi yang dimiliki. Dengan memiliki kendaraan pribadi bagi sebagai masyarakat dianggap sebagai gengsi tersendiri. Gengsi atas kepemilikan kendaraan pribadi memberikan dampak status sosial yang diperolehnya. Tentu bagi mayoritas orang yang sudah merasa berstatus sosial tinggi akan enggan memilih kendaraan umum sebagai alat transportasinya. Alasanya yaitu biaya dan waktu serta kendaraan pribadinya lebih nyaman. Coba lihat kemacetan di sekitar, pasti antrian kendaraan didominasi oleh kendaraan pribadi. Kemacetan akan semakin parah jika kemacetan yang didominasi mobil pribadi hanya ada satu penumpang. Kondisi ini seperti sekelompok orang yang duduk dengan jarak renggang.
Pemerintah tingkat kota/kabupaten tentu tidak diam saja atas masalah kemacetan di daerahnya. Berbagai peraturan dan kebijakan dilakukan untuk mereduksi timbulnya kemacetan. Pemberlakuan three in one, jalan satu arah, dan pengaturan jam kerja telah dilakukan tetapi tidak bisa mengatasi kemacetan secara total. Sementara itu, kondisi transportasi umum di perkotaan jarang diperhatikan. Sungguh pantas jika masyarakat perkotaan lebih memilih kendaraan pribadi karena kondisinya nyaman. Pengawasan terhadap angkutan umum perkotaan yang ngetem sembarangan, memaksa kapasitas penumpang, dan kondisi kendaraan yang sudah tua atau tidak layak jalan masih minim sehingga masyarakat yang kondisinya kurang beruntung yang menjadi korbannya.

 Sumber: www.tes.com

Kemacetan akan menjadi masalah yang berlarut-larut di perkotaan ketika gengsi msyarakat masih tinggi dan kondisi angkutan perkotaan masih buruk. Ketika pemerintah dan stakeholders tanggap atas permasalahan ini tentu akan membuat regulasi dan revitalisasi untuk angkutan umum perkotaan. Adanya peningkatan kualitas pelayanan angkutan umum perkotaan dari segi fisik kendaraan dan manajemen transportasi akan menjadikan masyarakat yang kurang beruntung tidak menjadi korban lagi dan masyarakat berstatus sosial tinggi meninggalkan kendaraan pribadinya. Dengan menggunakan angkutan umum akan mereduksi penggunaan energi fosil dan pencemaran lingkungan berkurang serta kondisi jalan tidak penuh kendaraan.
Dalam implementasinya pihak-pihak yang terkait yaitu pemerintah daerah, dinas perhubungan, organisasi angkutan, dan sebagainya harus menjalin kerjasama, kesepakatan, dan komitmen tinggi untuk membuat regulasi dan revitalisasi untuk angkutan umum perkotaan. Diharapkan kemacetan akan bisa diselesaikan ketika kondisi angkutan umum perkotaan sudah sesuai standar operasional dan kesadaran masyarakat tinggi atas kepedulian sosial dan lingkungan.

Tulisan ini telah dimuat dalam Rubrik Opini Majalah KOMUNIKASI UM edisi 298 Mei-Juni 2015
Share:

No comments:

Post a Comment

Popular Posts

Translate

Visitors

Flag Counter

Followers

Recent Posts

SAFORE

SAFORE
Samudrawan Fashion Store

RajaView.id

RajaView.id
Di rumah aja dapat uang mau? Cari tahu jawabannya dengan klik gambar di atas.